Solusi Video Call Putus-putus saat menggunakan Google Meet / Zoom/ Whatsapp / Microsoft Team


Di jaman pandemi Covid19, pembelajaran jarak jauh ataupun work from home sudah menjadi kebutuhan. Tapi mungkin anda menghadapi permasalahan seperti yang saya hadapi. Coba anda bayangkan pusingnya saya menghadapi komplain user yang sesi Google Meetnya putus-putus atau terlempar keluar dari saat melakukan Google Meet padahal pemakaian bandwidth server hanya 50%, artinya bandwidth sisa banyak tapi user merasa kurang.
Berikut 3 hal dari pengalaman yang menjadi temuan saya, semoga menjadi bahan pertimbangan anda sebagai admin jaringan.

Continue reading “Solusi Video Call Putus-putus saat menggunakan Google Meet / Zoom/ Whatsapp / Microsoft Team”

Virtualbox – Multi VLAN Guest di satu host


Kali ini kita akan mengulas masalah VLAN bridge pada virtualbox. Sebagaimana kita tahu, Virtualbox memungkinkan bagi kita untuk melakukan bridge interface ethernet VM ke interface ethernet host. Secara teoritis (dan biasanya) hal ini akan membuat VM akan lebih responsif dalam hal koneksi data. Untuk referensi bisa baca artikel saya di

Tapi bagaimana kalau misalnya kita akan membuat VLAN dalam VM? Ambil contoh kita mau membuat VM mikrotik dan didalamnya kita akan membuat VLAN interface. VLAN punya banyak fungsi salah satunya untuk pemisahan jaringan, misalnya VLAN10 untuk wifi, VLAN9 untuk manajemen, dsb. Tiap VLAN bisa kita atur hak akses dan bandwdithnya. Continue reading “Virtualbox – Multi VLAN Guest di satu host”

Memahami kecepatan Wireless – Jumlah Klien Maksimal dari Access Point/Hotspot


Saat berdiskusi dengan teman2 di IT, seringkali pertanyaan yang muncul adalah tentang berapa jumlah klien maksimal dari sebuah Access Point/Hotspot? Saya akan mencoba menjelaskan secara sederhana. Teknologi Wireless dimulai dari Wireless A 802.11a (1 Mbps), lalu berlanjut ke B 802.11b (11 Mbps), tipe G 802.11g (54 Mbps), tipe N 802.11n(150 Mbps), tipe AC 802.11ac (upto 3.2 Gbps), dan yang terakhir tipe AD 802.11ad.

Lalu apa bedanya? Kenapa ada beberapa tipe wireless?

Jaringan Wireless bekerja dengan menggunakan teknologi gelombang radio. Signal diubah ke format digital dan dikirim via udara. Karena dalam bentuk gelombang radio, tentu ada frekuensi yang digunakan. Untuk Wifi, digunakan frekuensi 2.4 GHz, 5 GHz, dan 60 GHz. Kalau anda mendalami teknik radio, teori yang sama juga berlaku untuk Wifi. Tipe-tipe wireless yang dikembangkan bertujuan untuk mengkompresi data, dan membuatnya dikirim dan diterima dengan efisien. Tipe N sudah menggunakan 2 channel frekuensi dalam 2.4 GHz, tipe AC menggunakan frekuensi 2.4 GHz dan 5 GHz, tipe AD menggunakan frekuensi 60 GHZ.

Secara sederhana, frekuensi seperti denyut jantung. Semakin tinggi frekuensi, semakin cepat denyut jantungnya. Dalam pengiriman data, semakin tinggi frekuensi, semakin banyak data yang bisa dikirim, dan imbasnya adalah waktu tunggu yang rendah ~ kecepatan yang semakin tinggi. Saya akan membahas dengan detail untuk hal ini di artikel berikutnya.

Berapa jumlah klien maksimal dari sebuah Access Point?

Continue reading “Memahami kecepatan Wireless – Jumlah Klien Maksimal dari Access Point/Hotspot”

Membuat speedtest untuk jaringan lokal


Saya langsung ke contoh kasus ya. Misalnya begini, akses internet anda hanya 10 MBps, lalu semua user termasuk user yang menggunakan kabel LAN mengeluhkan akses lambat, anda cek di router, ternyata hanya 2 MBps, anda cek langsung koneksi internet dengan menghubungkan Laptop ke router, dan ternyata kecepatan internet baik-baik saja. Lalu dimana masalahnya? Tentu masalahnya di jaringan kabel backbone, bisa saja rusak bisa saja ada switch/hub yang error. Tapi tahunya darimana?

Ada banyak cara untuk mengukur kecepatan internet, biasanya menggunakan aplikasi semacam speedtest.net. Masalahnya untuk mengukur kecepatan gadget ke Access Point seringkali susah dilakukan. Kalau hanya mengandalkan akses ke speedtest.net atau aplikasi speedtest yang servernya di internet, kita tidak bisa tahu apakah jaringan lokal kita cukup baik.

Cara paling gampang adalah dengan mencoba download file dari salah satu server/PC. Dari situ bisa dianalisa berapa kecepatannya. Tapi untuk mengukur kecepatan akses dari gadget, ini yang agak susah. Lebih baik anda buat server sederhana untuk pengukuran kecepatan jaringan. Server ini bisa saja diikutkan PC/Server yang sudah ada, karena hanya membutuhkan Apache+PHP saja.

Speedtest lokal ini menggunakan HTML5 dan PHP sehingga bisa diakses juga lewat browser gadget. Ok, berikut langkah-langkahnya: Continue reading “Membuat speedtest untuk jaringan lokal”

Firefox Multicore CPU – Memaksimalkan Firefox untuk arsitektur CPU Multicore


Di jaman sekarang, hampir semua PC sudah multicore CPU. Minimal ada 2 core, entah itu seri bawah Intel Atom, Intel Celeron atau AMD Brazos paling tidak sudah mempunyai 2 core atau lebih. Firefox sendiri pada awalnya hanya berupa “single process” yang menangani mulai dari tampilan UI (User Interface), javascript, addon hingga render tampilan webpages. Proses ini memang dirasa cukup berat, anda bisa bandingkan dengan Chrome yang terasa lebih ringan (padahal tidak juga).

Pada Firefox yang “single process”, semua hal dikerjakan oleh satu Core CPU. Selebihnya tinggal Linux/Windows/Mac yang melakukan balancing beban kerja tiap core CPU. Itu sebabnya kita masih bisa editing grafis sambil dengerin Youtube karena beban kerjanya dibagi ke tiap Core. Semakin banyak Core dan semakin cepat tiap Core akan membuat setiap proses lebih cepat.

Pada Chrome, proses terbagi-bagi dan dijalankan terpisah. Itu sebabnya waktu anda cek lewat Task Manager/System Monitor proses Chrome ada beberapa. Gagal loading satu halaman web di Chrome hanya akan membuat satu proses Chrome macet, tapi tidak untuk halaman web yang lain.

Ok, menanggapi itu, Firefox membuat project Electrolysis atau e10s, tujuan untuk memisahkan bagian-bagian proses. Mulai versi 48, Firefox sudah memisahkan proses menjadi dua macam, yaitu dengan nama:

  1. firefox, menangani User Interface dan AddOn
  2. Web-Content, khusus menangani render dan javascript

Tapi secara default, proses multicore tidak di-enable. Biasanya karena bentrok dengan AddOn bawaan sistem, misalnya dengan AddOn “Ubuntu Modifications”. Untuk mengaktifkan dukungan Multicore, anda bisa lakukan langkah-langkah berikut: Continue reading “Firefox Multicore CPU – Memaksimalkan Firefox untuk arsitektur CPU Multicore”

Mikrotik Hairpin NAT – Akses ke 2 Server dari Lokal dan Internet


Sebenarnya ini sudah ada pada Wiki Mikrotik, tapi saya tulis juga kalau-kalau ada yang punya permasalahan yang sama dan butuh solusi. Ini bisa diterapkan ke firewall server apa saja, karena prinsipnya sama. Perintah bisa beda dikit, tapi logika pikirnya pasti sama. Jadi begini, saya ada 2 server. Satu database, satunya lagi web server. Kebutuhannya adalah bisa mengakses kedua server ini dari internet, pembedanya hanya port yang dituju. Masalah muncul karena kedua server ini juga diakses dari lokal.

Karena berdasarkan port, kita cukup pakai NAT. Continue reading “Mikrotik Hairpin NAT – Akses ke 2 Server dari Lokal dan Internet”

Review Huawei HG553 yang sudah diganti ke OpenWRT/LEDE


Huawei HG553 merupakan router ADSL (bekas) yang dibundling oleh operator Vodafone. Di Indonesia, router ini menjadi favorit karena harganya yang murah meriah. Saya sendiri sudah pakai 2 buah, dibeli dengan harga 140rb. Sangat murah bila dibandingkan dengan TPLink MR3240. Secara kemampuan, router ini mirip dengan TPLINK MR3420, ada port USB nya. Tapi sayangnya bentuknya besar sekali dan antena hanya antena internal.

Sekalipun begitu, saya amati router ini cukup tangguh, pernah di tempat yang saya pasang, ada 27 perangkat yang terkoneksi. Memang sih sebagian besar perangkat yang terkoneksi hanya idle, tidak ada data yang dilewatkan, tapi walaupun demikian, perangkat yang terkoneksi tidak mengalami kemacetan saat mulai mengakses jaringan.

Kelemahan HG553: Continue reading “Review Huawei HG553 yang sudah diganti ke OpenWRT/LEDE”

Mikrotik VS UBNT – sharing pengalaman.


Memulai artikel ini sebenarnya hanya akan memicu perdebatan tiada ujung karena masing-masing penggemar akan mengeluarkan argumen masing-masing. Tapi biarlah kali ini saya memunculkan argumen saya sebagai orang yang sudah melakukan setting pada kedua merk perangkat ini. Maafkanlah bila ternyata saya yang kurang mampu melakukan setting yang baik pada perangkat tertentu.

Jadi ceritanya begini, salah satu teman saya bertanya di Facebook, habis dapat bandwidth gratis, enaknya pakai apa ya sebagai router dan AP Hotspotnya. Saya menjawab, router pakai mikrotik dan AP hotspotnya pakai Ubiquity (UBNT) Unifi kalau mau stabil. Lalu ada salah satu orang yang mendebat saya, katanya AP yang bagus sebaiknya pakai Mikrotik karena CPU dan RAM besar.

Well… Sah-sah juga pendapatnya, tapi mari saya uraikan berdasarkan pengalaman saya. Continue reading “Mikrotik VS UBNT – sharing pengalaman.”

Instalasi OpenWRT di UBNT UniFi AP LR


Beberapa waktu lalu kantor membeli Access Point baru (atas permintaan saya sih..) karena di beberapa lokasi usernya sudah terlalu banyak dan tidak bisa lagi tertangani dengan stabil. Waktu itu saya sudah mencoba membuat 2 buah Access Point untuk 1 lokasi, dengan harapan akan bisa membagi beban jaringan antar Access Point. Tapi ternyata harga memang berpengaruh pada kualitas perangkat.

Akhirnya setelah browsing sana-sini, saya memutuskan menggunakan UBNT UniFi sebagai Access Point. Faktor yang dipertimbangkan karena AP ini sudah MIMO, stabil dan daya pancar yang cukup besar.

Ini penampakannya:

unifi-ap-features-design

Awalnya saya berniat menggunakan UniFi controller, karena tujuannya beli ini ya karena kemudahannya. Tapi utak atik beberapa jam, ini AP masih aja bengong. Jengkel dan karena dikejar waktu, saya akhirnya  memutuskan menggunakan OpenWRT.

Berikut adalah langkah-langkahnya. (Sori gambar screenshoot gak ada). Continue reading “Instalasi OpenWRT di UBNT UniFi AP LR”